hm,,, lama tidak posting, iseng-iseng lihat catatan fb teman, nemu in, langsung kopi tanpa edit :p
Suatu
malam Ade mengajukan pertanyaan kepada suaminya, Akang, “Apa yang membuat Akang
memilih saya menjadi isteri Akang? Bukankah saya tidak lebih cantik dari
teman-teman perempuan Akang yang lain?”
Akang
yang mendapat pertanyaan itu hanya menyunggingkan senyum tanpa menjawab sepatah
kata pun. Mungkin pertanyaan itu terlalu retoris karena disampaikan hanya satu
hari setelah pernikahan mereka. Akang pun tetap sibuk menyemir sepatunya untuk
kerja esok hari.
Merasa
tak puas hanya mendapatkan senyum manis sang suami, Ade pun mendekati Akang dan
mengulangi pertanyaannya. ”Jawab atuh kang, Ade butuh jawabannya...?”
Tiba-tiba
tangan Akang yang berlumuran semir warna hitam mendarat mulus di kiri dan kanan
pipi Ade yang putih. Ade tak sempat berkelit dan hasilnya, wajah Ade pun
menjadi cemong. Sesaat kemudian Ade pun ngambek menekuk wajahnya, bibirnya maju
beberapa senti. Jawaban yang diharapkannya tak keluar sedikit pun dari
suaminya, justru tangan Akang yang berlumuran semir hitam yang mewakili jawaban
itu.
Melihat
isterinya kecewa dan nyaris meneteskan air mata, Akang langsung menarik tubuh
mungil isterinya itu, mendekapnya erat dan kemudian menghadapkan wajah
isterinya tepat dihadapan wajahnya. Hidung mereka hampir bersentuhan, hanya
beberapa mili saja jaraknya. Ia memberi isyarat hendak mengatakan sesuatu yang
serius, bening air di sudut mata Ade tertahan tak jadi tumpah. Bak kembang yang
baru mekar, wajah Ade berubah cerah menunggu tak sabar gerangan apa yang akan
disampaikan suaminya.
”Andai
wajah Ade benar-benar hitam sehitam semir ini, Akang akan tetap mencintai Ade,”
kalimatnya terlalu datar, belum membuat senyum Ade mengembang. Langit di
wajahnya masih sedikit mendung, belum sepenuhnya cerah. Ade hanya menganggukkan
kepalanya agak ke atas seolah sedang bertanya ”lalu?”
Mengerti
isyarat ”lalu?’ isterinya, Akang pun mengeluarkan barisan kata-kata yang
nampaknya sudah lama tersimpan. ”Cinta Akang bukan cinta biasa”. Ah, lagi-lagi
Ade kecewa, ia memalingkan wajahnya sedikit ke kiri pertanda protes. Mungkin
dalam hatinya Ade berkata, ”punya suami nggak kreatif banget, jiplak Siti
Nurhaliza”.
Tapi
Akang pun sebenarnya belum selesai. Kalimat ”cinta Akang bukan cinta biasa” itu
hanya kalimat pembuka rangkaian kalimat yang sudah tersimpan rapih di
kantongnya. Senyum yang lebih manis lagi disuguhkan ke wajah isterinya dan,
”Akang mencintai Ade bukan karena kecantikan Ade, bukan karena satu sisi pun di
tubuh Ade. Ingat, mungkin tiga puluh tahun lagi Ade tidak secantik hari ini.
Kalau Akang hanya melihat kecantikan Ade, cinta Akang akan berkurang seiring
dengan berkurangnya kecantikan Ade”.
Wajah
Ade tambah cerah. Tapi Akang seperti tak memberi kesempatan isterinya untuk
berkata-kata.
”Jika
Ade bertanya, apa yang membuat Akang memilih Ade sebagai isteri Akang, jawabnya
Allah. Allah yang memilihkan Ade untuk Akang. Jadi yang paling tahu kenapa Ade
yang dipilih Akang menjadi isteri, tentu saja Allah. Sedangkan kecantikan,
serta hal-hal fisik lainnya yang ada di diri Ade, ibarat pakaian yang menghiasi
tubuh pemakainya, tak ubahnya seperti seekor burung merpati, apapun warna
bulunya tak mengubah namanya tetap merpati. Hakikat merpati bukan pada
warnanya, melainkan pada penurut dan kesetiaan yang menjadi sifatnya”.
Ade pun
tersipu. Kali ini ia yang benar-benar tak sanggup berkata.
”Sayang,
benci, marah, atau cinta itu semestinya diletakkan pada piringan Allah. Alasnya
hanyalah Allah, sebab Allah-lah yang menciptakan semua rasa itu”.
Senyum
Ade tipis manis menghiasi wajahnya. Binar matanya menunggu tak sabar barisan
kata indah suaminya.
”Coba
kita tiru cara Allah marah, sayang atau bahkan cinta kepada hamba-Nya...”
Ade tak
sabar mendengarkan,
”Ingat
kisah Adam ketika diusir Allah dari surga? Allah bukan marah kepada Adam,
tetapi marah lantaran sikap Adam yang melanggar aturan Allah. Bahkan boleh
jadi, Allah tidak membenci dan melaknat syaitan karena zatnya, melainkan karena
sikapnya yang sombong, membangkang dan tak mau tunduk kepada Allah. Coba
pelajari sejarah Bilal bin Rabbah, wajahnya tak tampan, kulitnya hitam legam,
tetapi Allah mencintainya karena keimanannya yang tak terbanding. Pelajari juga
alasan Allah menjadikan Abu Lahab sebagai salah satu figur penghuni neraka,
adalah karena sikapnya yang menentang Rasulullah”.
Berguguran
bening air dari sudut-sudut mata isterinya. Sementara Akang belum memberikan
tanda-tanda akan menghentikan kalimatnya.
”Dan
episode cinta yang meniru cara Allah mencinta ini, dipentaskan dengan cantik
oleh Muhammad Rasulullah bersama para sahabatnya. Ummat Muhammad mencintai
putra Abdullah itu bukan karena ia cucu Abdul Muthallib, salah seorang yang
paling disegani masyarakat Quraisy. Juga bukan karena Muhammad keponakan Abu
Thallib yang cukup terpandang. Adalah sifat mulia Muhammad yang membuat orang-orang
mendekat dan menjadi sahabatnya serta mengikuti ajarannya”.
***
Akang
pun memeluk isterinya seraya berbisik, ”cintai Akang karena Allah de, cintai
Akang sepanjang Akang tetap dekat kepada Allah. Cintai Akang dengan cara
menegur Akang setiap kali menyimpang dan berbuat salah. Begitu pula cara Akang
mencintai Ade...”
***